Ngeblog itu gampang.
Cuma tinggal sewa server, sewa domain, install CMS, setting ini-itu, nulis, jadi deh.
Lebih gampang lagi kalau pakai penyedia blog gratis macam blogspot, wordpress, wixsite, dsb.
Tapi, kalau kamu mau menjadikan blogging sebagai sumber income kamu, tentu tidak semudah itu.
Ada hal-hal yang harus direncanakan terlebih dahulu.
Kira-kira gambarannya begini…
Sebagaimana sebuah bisnis pada umumnya; gagal merencanakan, sama saja merencanakan kegagalan.
Tulisan ini bukan tutorial sih, cuma sekadar sharing aja apa yang biasanya saya lakukan saat build website baru.
Biar blog ini ada isinya lah, kasian didiemin mulu.
Tahap Pertama: Tentukan Niche
Topik apa yang mau dibahas?
Sebagaimana bisnis pada umumnya, dalam dunia blogging, juga ada yang namanya niche (ceruk).
Contohnya, website penasihathosting.com membahas perbandingan hosting, website zonamakan.com membahas seputar makanan, atau hewany.com yang membahas seputar hewan.
Dan sebagaimana bisnis pada umumnya pula, ada juga yang model palugada alias gado-gado atau campuran seperti goodminds.id.
Tapi sepengalaman saya, blog yang memiliki niche biasanya akan lebih cepat terlihat hasilnya dibanding blog campuran.
Ini erat kaitannya dengan SEO, karena blog yang membahas niche tertentu akan mempunyai power lebih kuat dibanding blog yang membahas banyak topik. Tentu juga harus diimbangi dengan expertise di niche yang dibahas.
Baik itu blog niche atau campuran, keduanya punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tapi kalaupun ingin membuat blog campuran, saran saya mulailah dari niche terlebih dahulu, baru kemudian melebarkan pembahasan ke topik lain.
Selain karena akan lebih mudah untuk berkompetisi dengan blog-blog lain, mulai dari niche yang sempit juga akan lebih mudah dalam pengelolaannya. Selengkapnya, baca Niche vs Gado-gado.
Cara menentukan niche
Lalu, gimana cara menentukan niche yang benar?
Ini klise sih, tapi cara paling gampang dan paling murah adalah dengan ngelihat topik apa yang kita kuasai atau yang kita punya ketertarikan kuat padanya.
Saya biasa mem-breakdown dengan pertanyaan berikut:
- Kamu punya ketertarikan dan pengetahuan lebih di bidang apa?
- Kalau memilih niche yang kurang kamu kuasai, apakah kamu bersedia meluangkan waktu untuk riset lebih dalam?
- Kalau mau hire penulis yang ahli di niche tersebut, seberapa banyak kamu bersedia ngeluarin uang per bulannya?
Mari mulai dari pertanyaan nomor 3.
Biasanya, penyedia jasa penulis mematok tarif yang lebih tinggi untuk kualitas penulis yang punya industry knowledge di bidang tertentu.
Kalau kamu siap dengan dananya, maka ngga masalah.
Kalau dananya terbatas? Mari lihat pertanyaan nomor 2.
Menulis konten adalah seni menyampaikan pesan / informasi kepada pembaca.
Dengan pengetahuan yang terbatas, tulisan kita bakal jelek, nggak enak dibaca, minim value, dan ujung-ujungnya nggak perfoms. Di era SEO sekarang, itu udah pasti.
Kalo pengetahuan dan dana yang kita miliki terbatas, ada satu resource yang tentu kita semua miliki, yaitu waktu.
Nah, dengan menggunakan resource waktu ini, kamu harus bersedia nyiapin waktu lebih banyak buat riset lebih dalam, buat belajar nulis yang enak dibaca, dan seterusnya.
Sehingga output-nya nanti akan membawa kamu menjadi selevel dengan pertanyaan nomor 1: Kamu punya pengetahuan lebih di suatu bidang.
Nggak perlu sampe jadi ahli. Yang penting punya ketertarikan dan terbiasa dengan istilah-istilah dan pola yang ada di bidang tersebut.
Kenapa?
Karena blogging adalah proses yang panjang. Kamu harus siap capek-capek nulis tapi nggak ada hasilnya selama beberapa bulan di awal.
Kalo bukan karena suka ngejalanin prosesnya, kemungkinan besar kamu ngga akan kuat, biar aku aja.
Niche yang harus dihindari
Dalam Search Quality Rater Guidelines-nya, Google sudah menerapkan YMYL dan E-A-T sebagai salah satu acuan dalam menentukan kualitas sebuah laman.
YMYL adalah singkatan dari Your Money or Your Life, sementara E-A-T dari Expertise, Authoritative, and Trustworthiness.
Singkatnya, konten yang informasi di dalamnya dapat memengaruhi seseorang/kelompok menyangkut keuangan, kesehatan, hukum, berita penting, politik, dan lain-lain, harus benar-benar ditulis oleh ahlinya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sehingga meskipun kamu suka banget sama bidang-bidang di bawah ini, apabila kamu bukan ahli di bidang tersebut, sebaiknya kamu hindari.
(*) Ada banyak topik lain yang termasuk dalam YMYL, misalnya seperti nutrisi, parenting, diet, shopping, pekerjaan, KPR, dan lain-lain.
Selengkapnya: Cara Memilih Niche untuk Blog
Tahap Kedua: Riset Keyword
Kumpulkan keyword seputar niche yang dipilih
Karena tujuannya adalah mendapatkan pengunjung secara organik, maka jangan buat konten yang tidak ada pencarinya.
Inilah kenapa namanya riset keyword; mencari kata kunci yang dicari orang terkait niche kita.
Untuk mengetahui kata kunci apa yang orang cari di Google berikut jumlah volume (rata-rata) pencarian per bulannya, biasanya saya menggunakan Ahrefs.
Menurut saya, Ahrefs bukan yang paling akurat menampilkan volume pencarian per bulan, tapi Ahrefs ini yang kebetulan sering saya beli aja.
Beberapa tool lain buat riset keyword:
- Google Keyword Planner (gratis kalau kamu udah ngiklan di Google Ads)
- SEMrush ($99 bulanan)
- KWFinder ($69 bulanan)
- Keywordtool.io ($99 bulanan)
- Ubersuggest (Gratis, bayar $29 untuk dapet fitur lebih)
- KeywordRevealer ($59 bulanan)
- Ahrefs ($179 per bulan, $7 trial seminggu)
Tiap tool bisa saja punya data yang berbeda untuk tiap keyword.
Misalnya keyword A memiliki volume pencarian 6500 per bulan versi Ahrefs, tapi bisa saja di KWFinder hanya 3200.
Atau keyword B di Ahrefs 4300 tapi di KWFinder 7000. Perbedaan ini tidak selalu lebih besar atau lebih kecil di tool yang mana. Ini wajar karena tiap tool punya sumber data yang berbeda.
Saya udah pernah coba semua, menurut saya, KWFinder atau Keywordtool.io yang paling convenient.
Tapi di Ahrefs, kita bisa tahu website apa yang rank di keyword tersebut beserta estimasi visitor per bulan yang didapatnya.
Ini fitur yang insightful menurut saya, karena keyword berpencarian kecil TIDAK SELALU mendatangkan traffic yang kecil, dan sebaliknya, keyword dengan volume besar tidak selalu mendatangkan traffic yang besar, meskipun misalnya sama-sama nge-rank di posisi 1.
Selengkapnya pada cara riset keword di Ahrefs.
Tahap Ketiga: Install Website
Pake WordPress aja
Sebenernya, kamu bisa pakai CMS apapun. Tapi menurut saya, WordPress itu pilihan paling pas buat pemula.
WordPress yang saya maksud di sini adalah WordPress.org (software), bukan yang WordPress.com (service).
Udah gratis, theme & plugin melimpah, developer banyak, komunitas aktif.
Dengan memilih WordPress, kamu tinggal terima beres aja. Bahkan sebenarnya kamu udah bisa menerapkan SEO di WordPress tanpa plugin SEO sama sekali.
Untuk membuat website WordPress menjadi live, begini tahapannya.
1. Sewa Server
Ada banyak banget penyedia hosting / server di dunia. Kamu bisa memilih mulai dari shared hosting, unmanaged VPS, managed VPS, atau premium WordPress hosting.
Ini beberapa yang pernah saya pakai:
Shared hosting
- Niagahoster: Paket hosting pelajar, 40 ribuan sebulan, gratis domain, cukup buat pemula.
- Hawkhost: Shared hosting, $2.99 sebulan, belum dapet domain. Waktu pertama kali ngeblog saya pake ini.
Unmanaged VPS
- Digital Ocean & Vultr: VPS murah tapi bisa diandalkan, punya banyak data center di berbagai belahan dunia, mulai $5 sebulan.
Premium WordPress Hosting
- Kinsta: WordPress hosting mahal, $100 per 100rb monthly visitor. Cocok buat web affilite / jualan. Kurang cocok buat AdSense.
- WPX Hosting: Kurang lebih fiturnya sama kayak Kinsta, tapi versi lebih murahnya (dan tanpa batasan visitor).
Pilih yang mana?
Sesuaikan sama kebutuhan aja. Buat pemula, pake shared hosting aja udah lumayan. Tapi lebih baik pindah ke VPS kalau traffic udah lebih dari 2000 per hari.
Kalo butuh yang lebih fleksibel, Vultr + Runcloud udah bisa jadi perfect combo. Saya pakai ini sekarang.
2. Beli Domain
Sebenarnya lebih tepat dibilang sewa domain ketimbang beli. Karena kita tetap harus perpanjang masa sewanya tiap tahun.
Sebaiknya, pilih nama domain yang brandable, mudah diingat, ringkas, deskriptif, atau mengandung keyword.
Di mana tempat beli domain?
Banyak pilihan kalo ini mah.. Bisa di Domainesia, Niagahoster, Dewaweb, GoDaddy, Namecheap, the list goes on.
Kalo saya mah tergantung mana yang lagi promo aja, haha.
Jangan lupa untuk menghubungkan domain ke server kalau belinya di tempat yang berbeda.
3. Install WordPress
Kalau udah punya domain dan server, tinggal install WordPress di server kamu. Untuk tahap ini caranya beda-beda.
Untuk hosting yang memakai panel seperti cPanel, ServerPilot, atau RunCloud, biasanya udah ada fitur one-click install.
3. Pasang SSL
Ini udah jadi hal wajib setiap launching website baru.
Pake SSL gratisan dari Cloudflare atau Let’s Encrypt udah cukup banget.
Tahap Keempat: Setup WordPress
Setting ini-itu
Pada tahap ini, seharusnya kamu udah punya website dan udah bisa diakses.
Tapi, untuk keperluan SEO, website kamu perlu beberapa settingan tambahan.
1. Plugin
Salah satu kelebihan WordPress adalah punya repository plugin yang banyak banget.
Tapi kamu cuma perlu install beberapa plugin yang dibutuhkan aja.
- Plugin SEO: Yoast, All-In-One SEO, Rank Math
- Plugin Caching: WP Super Cache, W3 Total Cache, Autoptimize, Cache Enabler
- Plugin Security: WordFence, iThemes Security, Akismet
- Plugin Statistik: Jetpack, Insert Header & Footer (buat integrasi Google Analytics, Statcounter, dll)
Kayaknya itu aja udah cukup. Selebihnya sesuaikan sama kebutuhan aja sih.
2. Theme
Ketika kamu baru install WordPress, kamu udah dapet tema bawaan yang sebenernya udah cukup bagus.
Tapi tema bawaan WordPress ini fiturnya terbatas. Nggak banyak opsi yang bisa kamu tweak di front-end.
Oleh karenanya, lagi-lagi kamu perlu install tema yang sesuai kebutuhan kamu.
Pilihannya ada unlimited. Tapi yang penting udah memenuhi ceklis berikut:
- Strukturnya kodenya SEO-friendly
- Desainnya responsif
- Support developer bagus
- Loading cepat
- File ringan
Tahap Kelima: Bikin Konten
The king of all
Karena kita udah punya stock keyword sebelumnya, di tahap ini kita cuma perlu buatin artikelnya, kalo bisa secara berurutan.
Seperti yang udah dibahas di awal, kamu bisa nulis sendiri ataupun hire penulis.
Nulis sendiri itu bagus buat kamu yang baru mulai. Lama-kelamaan, kamu tau persis spesifikasi konten yang dibutuhkan audiens.
Sehingga kalaupun nantinya mau hire penulis, kamu udah nggak bingung lagi harus ngasih brief kayak apa ke mereka.
Untuk membuat artikel yang SEO-friendly, kamu harus membuat artikel yang juga human-friendly.
Hal terpenting yang harus dipahami dalam menulis artikel adalah memahami search intent atau tujuan pencarian dari keyword yang ingin ditulis, agar informasi yang kita berikan bisa tepat sasaran.
Salah satu pendekatan yang bisa kamu gunakan untuk mengetahui search intent adalah dengan pendekatan marketing.
Gimana tuh?
1. Cari tau siapa yang nyari keyword itu
Ciptakan persona. Apa yang mereka butuhkan? Apa masalah mereka? Seperti apa kepribadiannya? Apakah dia mas-mas? Ataukah dia emak-emak?
2. Cari tau informasi apa yang mereka butuhkan
Walk on their shoes.
Coba posisikan diri sebagai pencari informasi…
Lalu bayangkan, kalau kita yang mencari informasi tersebut, jawaban seperti apa yang kita harapkan?
3. Tentukan gaya penyampaian
Kalo udah dapet personanya, kamu bisa mulai menulis dengan menggunakan gaya penyampaian yang sesuai.
Di sini, kamu bisa menentukan apakah harus pakai gaya bahasa yang formal, informal, semi-formal, atau gimana?
Apakah pakai sapaan Anda, kamu, bunda, bro, sis, atau apa?
Apakah tone tulisannya serius, gembira, centil, semangat, atau heboh?
Dan seterusnya.
Contoh:
Ada orang mencari keyword “tempat wisata di Sukabumi.”
Volume pencarian rata-rata 2,600 per bulan (versi Ahrefs).
Kira-kira, informasi seperti apa yang dia cari?
Umumnya, orang yang nyari keyword ini mengharapkan informasi yang berupa daftar tempat wisata yang ada di Sukabumi, karena:
- Dia pengen tau di Sukabumi ada apa aja.
- Dia pengen membandingkan satu tempat wisata dengan tempat wisata lain.
- Dia pengen tau mana yang deket dari lokasinya.
- Dia pengen tau harga tiket masuknya berapa.
- Dia pengen tau apa yang bisa dilakukan di situ.
Dari situ, kita bisa memilah dan memilih informasi yang akan dimasukkan ke dalam konten kita dan tidak.
Misalnya: Nama tempat wisata, daftar wahananya di dalamnya, alamat, harga tiket masuk, suasana (melalui foto), atau kontak yang bisa dihubungi (no. telepon / akun sosmed).
Orang itu kemungkinan nggak akan peduli tentang sejarah, luas bangunan, atau siapa yang meresmikan masing-masing tempat wisata tersebut.
Beberapa ceklis tambahan
Meski kita udah tau kontennya seperti apa, ada beberapa syarat tambahan yang selalu saya pakai:
- Paragraf jangan kepanjangan.
- Harus ada gambar.
- Hindari typo.
- Hindari pemborosan kata.
- Jangan ada misinformasi.
Tahap Keenam: Lakukan Optimasi
Biar websitenya nggak sepi
Tahap optimasi yang dimaksud adalah SEO. Search Engine Optimization.
Optimasi SEO adalah salah satu upaya yang kita bisa lakukan untuk mendatangkan pengunjung (traffic).
Proses ini dibagi dua. On-page dan off-page.
Sebenernya, mulai dari tahap riset keyword sampai menulis konten itu udah jadi bagian dari proses optimasi (secara on-page).
Optimasi on-page adalah segala hal di dalam website kita yang bisa kita sesuaikan untuk kebutuhan SEO.
Misalnya: URL yang baik, struktur website rapi, load speed cepat, theme responsive, internal link rapi, meta title & meta description nggak kosong, dst.
Selanjutnya tinggal lakukan optimasi off-page.
Optimasi off-page adalah membangun backlink.
Backlink adalah link yang kita peroleh ketika ada website lain yang menaruh link website kita di website dia.
Misalnya gambar di bawah ini, fstvlst.id mendapat backlink dari ussfeed.com.

Semakin banyak kita mendapat backlink, semakin tinggi pula reputasi web kita di mata Google.
Tapi nggak selalu begitu.
Ada backlink yang berkualitas bagus, ada backlink yang jelek.
Backlink yang berkualitas itu yang kontekstual, berasal dari website yang punya reputasi baik di Google, dan tidak ada rel=”nofollow”-nya (artinya followed).
Apalagi kalau website yang ngasih link balik ke blogmu itu website besar semacam Kompas, Detik, Tirto, IDNTimes, Grid, Hipwee, dll.
Ini bisa meningkatkan reputasi website kita secara signifikan.
Kebalikannya, backlink yang nggak berkualitas malah menurunkan reputasi blog kita.
Backlink nggak berkualitas itu yang berasal dari website yang dilarang (porno, judi, dsb) atau dibuat dengan cara-cara yang spammy. Baik itu followed atau nofollow.
Sedikit backlink berkualitas jauh lebih baik dibanding banyak backlink tapi nggak berkualitas.
Gimana caranya biar dapet backlink (berkualitas)?
Lakukan promosi konten, buat guest post di blog lain, sebar press release, bangun PBN (Private Blog Network), atau usaha apapun dengan tujuan mendapatkan link ke website kita.
Akan tetapi, Google sebetulnya melarang praktik manipulasi link semacam PBN, guest post, link exchange, lebih-lebih spamming pakai software auto-auto-an.
Menurut mereka, backlink harus diperoleh dan diberikan secara natural (sukarela).
Yaitu ketika ada orang yang mendapat value dari konten blogmu, maka sebagai credit, dia menyantumkan link balik ke blogmu.
Inilah konsep awal backlink dan alasan kenapa Google mempertimbangkannya sebagai salah satu ranking factor yang presentasenya cukup besar.
Kalau mau belajar lebih dalam soal SEO, langsung aja ke websitenya guru-guru saya:
- vatih.com/bisnis
- mastahseo.com
- irvantaufik.me
- panduanIM.com
Setiap orang yang nanya soal SEO, pasti saya rekomendasiin website-website di atas untuk bahan bacaan. Udah lengkap banget soalnya.
Tahap Ketujuh: Monetisasi
Cuan!
Ada banyak (banget) cara buat dapet duit dari blog.
- AdSense / program PPC lain
- Affiliate Amazon, Etsy, Clickbank, atau produk-produk lain
- Jual produk / jasa
- Bikin jasa artikel review
- Video ads
Dan macem-macem.
Idealnya, kamu udah harus tau sebelum buat blog, mau dimonetisasi dengan cara apa nantinya. Karena ini akan memengaruhi proses building di awal. Beda cara monetisasi, bisa beda juga pendekatan riset niche & keywordnya.